Aakash: Meethi, kau sudah kehilangan akal? Kau dan Rani akan baik2 saja.
Meethi menangkupkan kedua telapak tangan dihadapan Nandini.
Meethi: Tolong bawa aku ketempat Guru Ma. Selamatkanlah putriku. Dia
sudah tidak punya banyak waktu lagi. Tidak ada waktu untuk berfikir
ataupun menangis. Kumohon ikutlah denganku, kita harus menyelamatkan
putri kita.
Khana datang ketempat Guru Ma.
Guru Ma:
Masa sulit musuh2mu sudah dimulai. Lihatlah bunga hitam ini, ini artinya
3 hari milik istri musuhmu sudah lewat, hanya tinggal 2 hari lagi. Dia
ada di rumah sakit sekarang. Aku akan memberikan kematian yang
menyakitkan untuknya!
Khana: Lihat Guru Ma, bunga yang ini mulai berubah warna.
Guru Ma tersenyum melihat bunga ke-4 mulai menghitam.
Suster memberitahu Meethi kalau kondisi Rani semakin memburuk.
Meethi: Kumohon Nandini, kita harus menyelamatkan Rani. Dia adalah putrimu.
Nandini melihat Rani dibalik kaca pintu sekali lagi, ia pun meneteskan airmata.
Nandini: Maafkan aku Meethi. Hari ini aku sadar bahwa niat buruk hanya
akan berbalik kepadaku. Aku akan membawamu ketempat Guru Ma. Aku tau
hanya kau yang bisa menyelamatkan Rani ku.
Aakash: Aku ikut bersama kalian.
Meethi: Tidak Aakash. Tetaplah disini bersama Rani. Aku akan baik2 saja. Ayo Nandini!
Meethi meninggalkan rumah sakit bersama Nandini.
Guru Ma memandangi bunga2 yang menggantung.
Guru Ma: Akhir riwayatmu semakin dekat Meethi.
Meethi: Kau tidak perlu memikirkan akhir dari riwayatku. Aku adalah
Meethi Chatterjee, orang yang kau inginkan untuk mati. Aku masih baik2
saja.
Guru Ma: Ini tidak mungkin terjadi!
Nandini: Guru Ma, Rani yang sudah memakan apel itu. Hidupnya kini dalam bahaya!
Meethi: Kumohon tolong selamatkan Rani. Aku bisa memberikan nyawaku padamu.
Guru Ma: Aku tidak bisa melakukan apapun. Ini semua adalah kesalahan
Nandini! Aku hanya melakukan apa yang dia minta. Buah itu seharusnya
untukmu.
Meethi: Aku tau itu, tapi apa salah Rani jika dia tidak sengaja memakannya? Kumohon. Rani masih kecil. Tolong lakukan sesuatu.
Guru Ma: Tidak ada yang bisa dilakukan sekarang, tidak ada pilihan
lain. Sudah kukatakan padamu Nandini, sekali aku menggunakan kekuatanku
maka tidak ada jalan untuk kembali! Rani pasti akan mati!!
Meethi: TIDAK!!! Rani tidak akan mati. Dia adalah putriku, aku akan menyelamatkanny
a.
Tunggu dan lihat saja. Jika kau sangat yakin dengan mantramu, maka aku
lebih percaya pada kekuatan kasih sayang seorang ibu yang aku miliki.
Aku yakin Dewa tidak akan membiarkan iblis menang melawan kebaikan.
Guru Ma: Berdo'alah sebanyak yang kau mau. Jangan lupa, bunga terakhir
mulai berubah warna menjadi hitam. Waktumu sudah tidak banyak lagi.
Meethi: Aku akan menghentikan waktu. Ayo Nandini, kita sudah buang2 waktu datang kemari.
Guru Ma: Dewa bahkan tidak akan bisa menghentikan apa yang sudah aku mulai.
Meethi: Aku terima tantanganmu! Ini menjadi pertarungan antara kebaikan
dan iblis. Aku akan lihat siapa yang menang, kasih sayang seorang ibu
atau sebuah mantra! Aku sangat percaya kepada Dewa bahwa kebaikanlah
yang akan menang. Bersiaplah untuk kalah. Kita akan segera lihat siapa
yang akan mati. Ayo Nandini!
Meethi dan Nandini meninggalkan Guru Ma.
Damini datang ke rumah sakit, ia melihat Ekadish sedang berdiri memandangi Rani dibalik ruang ICU.
Damini: Nyonya Ekadish.
Mereka duduk di kursi rumah sakit.
Ekadish: Apa kesalahan Rani dalam hal ini? Apa kesalahan menantuku?
Damini: Semua ini adalah takdir.
Ekadish: Harusnya takdir menghukumku, bukan cucuku. Aku sudah melakukan banyak kesalahan didalam hidupku.
Damini: Hidup dan mati ada ditangan Tuhan. Kita hanya bisa berdo'a
dengan sepenuh hati. Sekarang kita harus kuat dan percaya. Kita harus
berdo'a dengan sepenuh hati. Aku pernah dengar bahwa Dewa selalu
mendengarkan do'a seorang ibu. Kau juga harus berdo'a untuk kesembuhan
Rani.
Ekadish mengangguk.
Meethi dan Nandini pergi menggunakan taksi.
Meethi: Tidak ada waktu untuk panik Nandini. Berdo'alah agar Rani selamat.
Meethi melihat patung Dewa Ganpati berukuran kecil di dalam taksi, ia pun berdo'a untuk kesembuhan Rani.
Nandini: Aku menyesal atas semua perbuatanku. Aku sudah kehilangan akal hingga meminta bantuan sihir hitam.
Supir taksi mendengarkan percakapan mereka, ia tiba2 menghentikan taksinya.
Supir: Aku punya solusinya. Ayahku pernah berkata, hanya ular suci yang bisa menyelamatkanmu jika kau terkena sihir hitam. Jika kau memberi susu kepada ular itu dan dia meminumnya, maka putrimu akan selamat.
Nandini: Itu tidak mungkin. Aku pernah mencobanya, tidak lagi. Tolong kemudikan saja taksinya.
Meethi: Tolong bawa kami ke kuil ular itu.
Dokter memberitahu Aakash bahwa kondisi Rani semakin memburuk.
Vishnu: Bawa Rani ke dokter spesialis yang lain.
Dokter: Aku sudah membicarakannya
kepada semua dokter ternama tapi mereka semua berkata bahwa kesempatan Rani untuk bertahan hidup sangat kecil.
Nandini dan Meethi berjalan ke kuil ular, Meethi menuangkan kendi berisi susu kedalam mangkuk dan berdo'a.
Meethi: Aku tidak percaya pada takhayul tapi aku sangat yakin kepada
Dewa. Putriku sedang dalam masalah. Tolong dengarkan do'aku dan
selamatkan putriku.
Meethi menutup matanya sejenak, seekor ular mendekat kearah mereka. Meethi dan Nandini menyadari kehadirannya.
Ular tersebut menegakkan kepala dihadapan Meethi, Meethi hanya diam sambil memegang mangkuk susu.
Guru Ma memulai pooja nya.
Di ruang ICU, Rani memanggil2 nama Meethi dengan nafas tersengal2.
Rani: Ibu Meethi.. Ibu Meethi..
Suster yang menjaganya langsung keluar mencari Aakash.
Suster: Permisi, siapa itu Ibu Meethi? Rani berkali2 menyebut "Ibu Meethi"
Aakash: Meethi adalah ibunya.
Suster: Tolong segera hubungi dia.
Aakash berusaha menghubungi ponsel Meethi dan Nandini tapi tidak bisa.
Aakash: Telfonnya tidak diangkat, dimana mereka berdua?
Vishnu: Meethi pergi menemui Guru Ma.
Aakash : Apakah dia benar2 sudah membantu mereka?
Aakash dan Vishnu berlari kearah ruang ICU.
Belum ada tanggapan untuk "Aakash: Meethi, kau sudah kehilangan akal? Kau dan Rani akan baik2 saja"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.