SINOPSIS
Meethi disantet lagi, kali ini Meethi mau dibunuh. Kekuatan cinta sanggup mengalahkan roh jahat Part 4 Ketika Damini tengah berusaha melepaskan kalung bunga tersebut dari
tangan Meethi, Meethi mulai tertawa seperti orang yg tdk waras. Damini
kesulitan melepaskan kalung bunga yg dipegang Meethi karena tenaga
Meethi sudah tdk seperti wanita normal.
Guru Ma mengambil pisau dan menggores pergelangan tangannya, Meethi pun melakukan hal yg sama.
Damini: Meethi!!!
Damini berusaha melepaskan pisau dari tangan Meethi tapi Meethi
mendorongnya hingga terbanting ke pintu. Damini menahan rasa sakit
dilengannya, ia semakin panik melihat Meethi hendak melukai pergelangan
tangan sekali lagi. Damini dan Meethi tarik menarik pisau, Damini lalu
menampar Meethi untuk menyadarkannya.
Meethi akhirnya lepas dari sihir hitam Guru Ma, ia melihat kedua telapak tangannya dan jatuh pingsan.
Tuan Takhur, Aakash dan Damini memandangi Meethi yang sedang tidur. Rani masuk kedalam kamar menatap sedih kearah Meethi.
Rani: Ayah, ada apa dengan ibu Meethi? Apakah ibu Meethi akan baik2 saja?
Aakash: Ibu Meethi mu akan segera sembuh, ayah ada disini bersamanya.
Tuan Takhur: Rani, Ibu Meethi mu akan baik2 saja karena kau ada
bersamanya. Aku tau kata2 yang biasa dia ucapkan untuk menyemangati
semua orang. Kau akan merasa tegar.
Rani: Mau kah Kakek mengajariku?
Tuan Takhur: Baiklah, tapi berjanjilah kau akan pergi tidur setelah mendengarkannya.
Tuan Takhur mengucapkan puisi tentang kehidupan yang menjadi motto hidup Ichcha semasa hidupnya.
Tuan Takhur: Siapa yang berusaha...
Rani: Tidak akan pernah gagal.
Rani tersenyum.
Rani: Selamat malam. Ibu Meethi, kau harus cepat sembuh. Nanti kita bermain lagi, menggambar lagi.. Ok? Selamat malam.
Setelah Rani keluar, Meethi sedikit menggerakkan kepala.
Aakash: Meethi? Nani Damini, aku harus membawa Meethi ke psikiater.
Percayalah padaku. Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya.
Damini: Baiklah, lakukanlah seperti yang kau fikirkan. Nani tidak tau
apa yang sebenarnya terjadi pada Meethi. Kenapa dewa selalu menguji
orang2 yang baik? Pertama Ichcha, sekarang Meethi.
Tuan Takhur:
Damini, Ichcha tidak pernah menyerah. Dia tidak pernah menyalahkan Dewa
ataupun keadaan. Dia selalu menerima takdirnya dan berjuang dengan
waktu.
Damini: Tuan benar. Aku juga tidak akan menyerah. Aku pun akan berjuang dengan takdir.
Damini meninggalkan rumah Bundela bersama Tuan Takhur.
Damini mengunjungi Nani Anjum dan menceritakan tentang kondisi Meethi kepadanya.
Nani Anjum: Temuilah Manthan Mai.
Damini: Manthan Mai?
Nani Anjum: Ya. Tidak ada yang tau kapan dia mau menemui orang yang
datang kepadanya. Banyak orang yang jauh2 datang hanya untuk menemuinya,
tapi dia hanya mau menemui orang2 yang sudah ditakdirkan oleh dewa.
Harapan orang2 yang datang kepadanya selalu dikabulkan.
Damini: Baiklah, tunggu sampai Meethi pulih dan setuju untuk datang menemuinya. Dewa akan memberkati Meethi bukan?
Nani Anjum: Ya, tentu saja.
Meethi tdk ada ditempat tidurnya saat Aakash bangun, Aakash pun menjadi panik.
Aakash: Meethi?!
Meethi: Selamat pagi.
Meethi baru saja selesai mandi, ia membawa secangkir teh hangat untuk Aakash.
Aakash: Meethi, kau harus istirahat.
Meethi: Aku baik2 saja.
Nandini mengintip mereka dari balik pintu. Aakash melihat pergelangan tangan Meethi yg terluka.
Aakash: Lukanya pasti sakit.
Meethi: Ck! Tdk.
Aakash: Aku merasa tersiksa melihatmu begini.
Meethi: Aku juga merasakan hal yg sama. Aku tau terkadang aku bukanlah
diriku lagi, tapi aku tdk tau apa yg sebenarnya terjadi. Ngomong2, aku
tdk ingin membicarakannya
lagi. Aku ingin hidup seperti manusia biasa. Hidup bahagia. Kumohon jangan halangi keinginanku.
Meethi memberikan teh ke Aakash.
Meethi: Teh hangat utkmu. Aku akan membuatkanmu makan siang. Aku akan
membawakan bekal ke kantormu. Kita akan makan siang sama2.
Vishnu sedang berjalan di koridor kantor membawa koper.
Belum ada tanggapan untuk "Meethi disantet lagi, kali ini Meethi mau dibunuh. Kekuatan cinta sanggup mengalahkan roh jahat Part 4"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.